FTK dan Prestasi dalam Kompetisi Teknologi Pendidikan
Lomba Debat Nasional merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang mempertemukan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. https://ftkuinsgd.ac.id/ Kompetisi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan analitis mahasiswa dalam merespons isu-isu aktual di berbagai bidang seperti sosial, politik, teknologi, pendidikan, dan lingkungan.
Tahun ini, Lomba Debat Nasional dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tanggal 4–7 Mei 2025. Lebih dari 70 tim dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia mengikuti ajang ini, menjadikan persaingan sangat kompetitif. Setiap tim terdiri dari tiga orang mahasiswa yang mewakili fakultas atau universitas masing-masing.
Tim FTK: Sinergi Keilmuan dan Retorika
Tim debat dari Fakultas Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) terdiri dari tiga mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Elektro, yaitu:
- Rizky Ramadhan (2021) – Sebagai pembicara pertama yang dikenal dengan argumentasi logis dan gaya penyampaian yang tenang namun kuat.
- Aulia Putri Ningsih (2022) – Sebagai pembicara kedua dengan kekuatan dalam retorika dan pengolahan data.
- Dimas Hidayatullah (2021) – Sebagai pembicara ketiga yang piawai dalam memberikan sanggahan dan simpulan akhir debat.
Meski berasal dari latar belakang teknik, ketiga mahasiswa ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dan berpikir kritis tidak mengenal batasan bidang ilmu. Melalui latihan intensif, simulasi debat, dan diskusi isu-isu aktual selama dua bulan sebelum kompetisi, mereka berhasil memadukan kecerdasan analitis teknik dengan seni berargumentasi.
Perjalanan Menuju Juara
Pada babak penyisihan, tim FTK UNESA berhasil unggul atas tim dari Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Jakarta dengan skor yang mengesankan. Mereka mampu membongkar argumen lawan dengan logika yang runtut, didukung oleh data dan referensi yang relevan. Tema debat dalam babak ini antara lain membahas tentang “Urgensi Pendidikan Vokasi di Era Industri 5.0” dan “Implikasi Regulasi AI terhadap Dunia Kerja”.
Memasuki babak semifinal, tim FTK berhadapan dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu pesaing kuat dalam dunia debat mahasiswa. Tema debat mengenai “Kebijakan Transisi Energi dan Dampaknya terhadap Industri Nasional” menjadi ajang pembuktian kemampuan mereka dalam menyelaraskan wawasan teknik dan sosial. Rizky membuka argumen dengan menjelaskan dasar-dasar energi terbarukan, Aulia menguatkan dengan data statistik, sementara Dimas dengan tegas meruntuhkan argumen lawan melalui sanggahan yang tajam.
Di babak final, tim FTK menghadapi Universitas Indonesia (UI) dengan tema debat “Etika Pengembangan Teknologi Pengawasan di Ruang Publik”. Dalam sesi ini, ketiganya tampil sangat solid. Mereka mampu membangun argumen yang seimbang antara urgensi keamanan publik dan perlindungan hak privasi masyarakat. Di akhir debat, juri memberikan nilai tertinggi kepada tim FTK atas keutuhan argumen, kekompakan tim, dan kemampuan menyampaikan solusi.
Respons dan Apresiasi
Kemenangan tim FTK ini mendapatkan sambutan hangat dari berbagai pihak. Dekan FTK UNESA, Dr. Ir. Budi Santosa, M.T., menyatakan rasa bangga dan apresiasi atas kerja keras mahasiswanya.
“Kami sangat bangga. Ini bukti bahwa mahasiswa FTK tidak hanya andal dalam hal teknis, tetapi juga mampu menunjukkan kapasitas dalam berpikir kritis dan menyampaikan ide secara efektif. Ini juga menjadi contoh bahwa mahasiswa teknik pun bisa aktif berkontribusi dalam isu-isu sosial dan kebijakan publik.”
Rektor UNESA, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., turut mengapresiasi pencapaian tersebut dan berharap agar prestasi ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya.
“Prestasi ini menunjukkan bahwa kualitas mahasiswa UNESA bersaing di tingkat nasional. Kami akan terus mendukung kegiatan pengembangan soft skills seperti debat, kepemimpinan, dan kewirausahaan agar mahasiswa kita siap bersaing di masa depan.”
Tantangan dan Pelajaran
Dalam wawancaranya, Aulia Putri Ningsih mengatakan bahwa perjuangan mereka bukan tanpa tantangan. Selain harus menyeimbangkan waktu antara tugas kuliah dan latihan, mereka juga perlu mempelajari banyak isu yang berada di luar bidang teknik.
“Kami harus keluar dari zona nyaman. Banyak tema debat yang bersinggungan dengan hukum, sosial, dan politik, jadi kami harus belajar cepat dan memahami konteksnya. Tapi itu membuat kami berkembang dan membuka wawasan baru.”
Dimas menambahkan bahwa kekuatan mereka justru terletak pada kemampuan menggabungkan pendekatan teknis dengan narasi yang mudah dipahami.
“Kami mencoba menyampaikan hal-hal yang kompleks dengan bahasa yang sederhana dan logis. Itu menjadi nilai plus kami di mata juri.”
Dampak Prestasi
Kemenangan ini tidak hanya mengharumkan nama FTK dan UNESA, tetapi juga membawa dampak positif bagi citra mahasiswa teknik secara umum. Selama ini, masih ada stereotip bahwa mahasiswa teknik cenderung kurang dalam hal komunikasi dan debat. Namun, tim FTK membuktikan bahwa mahasiswa teknik bisa menjadi komunikator yang andal, kritis, dan adaptif.
Selain itu, kemenangan ini juga membuka peluang lebih luas bagi mahasiswa untuk mengikuti kompetisi internasional. Saat ini, tim FTK tengah dipersiapkan untuk mengikuti lomba debat tingkat ASEAN yang akan diselenggarakan akhir tahun ini.
Penutup
Prestasi tim debat FTK dalam Lomba Debat Nasional 2025 merupakan tonggak penting dalam perjalanan pengembangan kualitas mahasiswa. Ini bukan sekadar kemenangan dalam kompetisi, tetapi juga simbol keberhasilan pendidikan tinggi dalam mencetak generasi muda yang holistik—mampu berpikir kritis, bekerja dalam tim, dan menyampaikan gagasan dengan efektif.
Kemenangan ini juga menjadi inspirasi bagi seluruh mahasiswa Indonesia bahwa keberhasilan bukan hanya ditentukan oleh bidang studi yang ditekuni, tetapi oleh semangat belajar, kolaborasi, dan kemauan untuk terus berkembang.
Dengan semangat “Berani Bersuara, Siap Berubah”, mahasiswa FTK telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya insinyur masa depan, tetapi juga pemimpin pemikiran yang siap membawa perubahan positif bagi bangsa.